Rabu, 19 Oktober 2016

Kesulitan Belajar dan Alternatif Pemecahannya

A.     Faktor Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar siswa, biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namu, kesulitan juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat atau bolos sekolah.

            Secara garis besar, faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam
1.      Faktorn Inter siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri.
Faktor intern siswa meliputi ganguan atau kekurangan kemampuan psiko-fisik siswa yakni:
a.       Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi sisa;
b.      Bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c.       Bersifat psikomotorik (ranah rasa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)

2.      Faktor Ekstern sisa, yakni hal-hal atau keadaan dari luar diri siswa
Faktorn ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi menjadi tiga macam:
a.       Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b.      Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c.       Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.


B.     Diagnosis Kesulitan Belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar sisswa, guru sangat dianjurkan terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosi yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Langkah-langkah dalam mendiagnostik anak yang kesulitan belajar menggunakan prosedur Weener dan Sent tahun 1982 (Wardani, 1991) sebagai berikut:
1.      Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
2.      Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
3.      Mewawancarai orang tua atau wali siswa, untuk mengetahui ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4.      Memberikan tes diagnostik di bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5.      Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

C.     Analisis Pemecahan Kesulitan Belajar Siswa
Pemecahan masalah terhadap anak yang kesulitan belajar cukup bervariasi, namun, sebelum melakukan hal itu, seorang gur diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan 4 langkah berikut:
1)      Analisis hasil diagnostik
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar, perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah dapat diketahui secara pasti.
2)      Menentukan kecakapan bidang bermasalah
Adapun bidang-bidang tersebut dikategorikan menjadi 3 macam:
·        Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
·        Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani guru dengan bantuan orang tua.
·        Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani oleh guru maupun orang tua.
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit ditangani baik oeh guru maupun orang tua adalah bersumber dari kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Oleh karena itu, para siswa yang mengalami masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidakn hanya memeelukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.
3)      Menyusun program perbaikan
Dalam hal penyusunan program pengajran perbaikan (remedial teaching), maka guru terlebih dahulu menetapkan hal-hal berikut:
·        Tujuan pengajaran remedial.
·        Materi pengajaran remedial.
·        Metode pengajaran remedial.
·        Alokasi waktu pengajaran remedial.
·        Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti pengajaran remedial.
4)      Melaksanakan program perbaikan

Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja lebih baik. Namun, hal yang perlu di pertimbangkan oleh guru pembimbing adalah kemungkinan digunakannya ruangan bimbingan dan penyuluhan yang tersedia di sekolah dalam rangka memberdayakan ruangan BP/BK tersebut.


Sumber: Islamuddin, Haryu.2012."Psikologi Pendidikan".Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar